Rabu, 18 Januari 2017

Optimisnya Bangsa Indonesia


Tahun 2017 nampaknya matahari bakal bersinar cerah. Kalaupun ada mendung-mendung sedikit, itu memang seharusnya kan, panas yang berlebihan pasti bikin gerah. Mengapa saya yakin 2017 bakal lebih cerah daripada 2016? Sederhana saja, karena saya ingin 2017 lebih baik. Ketika semua penghuni rumah ingin rumahnya bersih, maka bisa dipastikan rumah akan bersih, karena semua penghuni akan bekerja sama membersihkan rumah. Begitulah.
Saya pernah membaca  mungkin di era tahun 90an, ada ahli matematika yang mengamati peluruhan pasir kemudian menerangkan model matematis peluruhan pasir. Simpulannya, peluruhan pasir adalah gerakan yang berpengaruh dari atas sampai bawah. Model ini, konon kata si ahli,  bisa diaplikasikan untuk peramalan secara lebih cermat dalam bidang apapun, termasuk dalam ilmu ekonomi. Misalnya menghitung dampak kebijakan ekonomi dari penggerak ekonomi yang tertinggi sampai di akar rumput masyarakat.

Lantas apa hubungannya peluruhan pasir dengan ekspektasi konsumen di 2017? Begini. Setiap bulan Bank Indonesia melakukan survei untuk mengukur Indeks Keyakian Konsumen (IKK).  Sederhananya, ini semacam alat ukur seberapa yakin konsumen dalam hal ini masyarakat negara kita menghadapi perekonomian untuk waktu yang akan datang. IKK dibentuk oleh dua pengukuran, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen.  Nah, saya termasuk yang percaya dengan teori peluruhan gunung pasir di atas. Bila kebanyakan konsumen merasa tidak yakin dengan kondisi perekonomian saat ini dan berpikir negatif untuk ke depan, maka perekonomian pun akan digerakkan secara negatif. Akan banyak sumber daya menganggur, karena masyarakat yang tak yakin dengan kondisi mendatang, pasti akan menunggu. Menunggu, berarti tak ada yang bergerak. Berbeda halnya bila masyarakat yakin dengan kondisi yang akan datang. Mereka akan melakukan investasi dan berbagai hal positif untuk mendorong perekonomian. Sesederhana itu.

Sekarang kita bicara data.  Laporan Survei Keyakinan Konsumen yang disajikan Bank Indonesia untuk bulan November dan Desember 2016 ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Oktober. Hal serupa terjadi di tahun 2015. Tahun lalu bulan Oktober  dan November, IKK mengalami penurunan, bahkan mencapai negatif. Padahal bulan-bulan sebelumnya IKK masih positif. Kita tahu, bahwa kondisi perekonomian Indonesia untuk 2016 cukup memprihatinkan. Menarik sebenarnya, mengapa di November terjadi penurunan IKK. Mungkin penggalian lebih dalam kita perlukan untuk mengetahui, apakah itu sebuah pola, atau hanya kebetulan.  Bukankah itu  ketika negara kita sedang bangga dengan sukses Tax Amnesty?  Baiklah, kita kembali tujuan semula saja, membahas IKK. Kita beruntung, tahun ini hanya terjadi  pelemahan, dan secara indeks masih positif. Artinya masyarakat masih optimis dengan kondisi ekonomi 2017. Ini berita yang sangat baik.

Apa saja yang membuat masyarakat masih yakin dengan keadaan 2017? Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan penurunan indeks terjadi pada kedua pembentuknya, yaitu keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini (IKE) maupun harapan konsumen untuk waktu mendatang (IEK). Yang menarik adalah penurunan keyakinan di November dan Desember terjadi pada kelompok yang berbeda. Di November, penurunan keyakinan terjadi pada kelompok penghasilan 1 – 2 juta rupiah, sedangkan di Desember, penurunan keyakinan terjadi pada kelompok penghasilan  2 – 3 juta rupiah.
Di bulan November, keeyakinan konsumen akan perekonomian enam bulan ke depan sedikit terangkat karena harapan akan adanya kenaikan penghasilan dan lapangan kerja, akan tetapi di Desember, harapan akan kenaikan penghasilan maupun ketersediaan lapangan kerja juga menurun.

Apa yang dapat kita simpulkan? Pertama, meskipun terjadi penurunan keyakinan, akan tetapi, angkanya tidak negatif. Ini berarti  masyarakat masih optimis memandang ekonomi ke depan, meskipun tingkat ke-optimisan-nya menurun dibandingkan bulan Oktober dan November. Kedua, yang paling penting dari ini, adalah, seperti saya sampaikan di awal tulisan, ketika semua anggota keluarga ingin rumahnya bersih, maka mereka akan bersama-sama membersihkan rumah. Demikian pula dengan kondisi ekonomi. Ketika semua orang ingin perekonomiannya membaik, mereka akan bersama-sama membangung ekonomi. Itulah dasar optimisme yang paling utama.

 
Yang paling menarik bagi pelaku perbankan adalah meskipun terjadi penurunan keyakinan, tapi, masyarakat masih optimis bahwa tabungan mereka akan bertambah demikian juga dengan pinjaman.  Ini berarti masyarakat masih optimis. Mereka yakin masih akan meningkatkan pinjaman, tentu saja karena yakin akan adanya pertumbuhan bisnis, dan dari pertumbuhan bisnis mereka yakin akan terjadi peningkatan tabungan.






Tidak ada komentar: