Minggu, 22 Januari 2017

Global Competition Indeks: Indonesia


Tentu saja, Indonesia memiliki  daerah tujuan wisata dengan daya tarik  yang bagus. Bahkan tidak sedikit penduduk dunia yang lebih mengenal Pulau Bali daripada Indonesia itu sendiri. Danau vulkanologi yang sangat luas, yang menurut tayangan di National Geographic hanya ada beberapa di dunia ini, salah satunya ada di Indonesia, Danau Toba. Tapi, kali ini kita bukan bicara tentang tujuan wisata, kita bicara tentang seberapa menarik Indonesia untuk berinvestasi.

Daya saing suatu negara  dihitung sebagai Global Competition Indeks. World Economic Forum. Menggunakan 12 pilar penilaian, di tahun 2015 Indonesia dimasukkan ke urutan 41 dari 138 negara. Daya tarik Indonesia itu yang terbesar berasal dari “luasnya pasar”. Ini tentu saja sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Dari sisi luasan pasar ini Indonesia menempati urutan 10.

Kondisi makro ekonomi Indonesia juga dianggap cukup baik. Posisi Indonesia di urutan 30. Tentu saja kabar yang baik, karena ini mencerminkan perekonomian negara kita yang relatif stabil dan kuat.


Dari berbagai variabel penilaian, kondisi kesehatan dan tingkat pendidikan dasar di  Indonesia menduduki peringkat 100, sedangkan untuk efisiensi tenaga kerja di posisi 108. Tentu saja ini permasalahan. Para investor memberikan penilaian yang rendah untuk dua variabel ini tentu bukan tanpa alasan. Beberapa tahun belakangan, maraknya demonstrasi buruh telah membuat berbagai perusahaan memilih negara lain dan memindahkan bisnisnya dari Indonesia. Upah buruh boleh saja tinggi, tetapi harus diimbangin dengan produktivitas.
Hal-hal apa saja yang membuat negara kita menjadi tak menarik  bagin investasi asing? Korupsi. Ya, benar sekali, barangkali kitapun menilai hal yang sama, korupsi  merupakan problem utamanya. Ini tentu saja memprihatinkan. Problem lain adalah birokrasi yang tidak efisien dan keterbatasan infrastruktur. 









Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu didorong, investor-investor baru diperlukan agar ekonomi tumbuh, termasuk investor dari luar negeri. Untuk mengundang investor, tentu saja banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Dengan daya tarik pasar yang begitu besar bila masalah-masalah seperti korupsi dan inefisiensi bisa diselesaikan, pasti akan banyak investasi di sektor riil di Indonesia. Investasi sektor riil ini sangat penting, karena sifatnya tidak seperti sektor keuangan yang sewaktu-waktu bisa berpindah.

Namun, saya ingin melihat data ini dari perspektif yang berbeda. Bagi pelaku bisnis dalam negeri, dalam situasi ketidak pastian perekonomian internasional, pasar dalam negeri yang begitu besar, merupakan potensi yang sangat besar. Saya ingat, sekitar tahun 1986, dalam mata kuliah Ekonomi Indonesia, Prof Mubyarto mengatakan, “Pasar dalam negeri yang sangat besar harusnya lebih menjadi perhatian usahawan kita”.  Nasehat yang sangat bijak. Kita sering lupa, betapa para usahawan dari luar memandang iri dengan pasar Indonesia yang begitu besar.







Tidak ada komentar: